Upanat adalah sandal yang dipakai oleh masyarakat di Jawa pada masa ketika Candi Borobudur didirikan. Upanat merupakan desain sandal yang khusus yang sedang dikembangkan untuk menjadi sandal yang harus dipakai oleh pengunjung Candi Borobudur. Penggunaan upanat ini didorong sebagai satu upaya untuk melindungi batu tangga Candi Borobudur dari keausan. Hal ini dilakukan karena keausan dapat disebabkan oleh kunjungan wisatawan yang setiap hari menaiki struktur Candi Borobudur tersebut. Pemilihan kata “upanat” yang memiliki arti “alas kaki” adalah aktualisasi dari Relief Karmawibhangga Panel nomor 150 dari Candi Borobudur. Sandal Upanat ini dibuat dari bahan alami yaitu anyaman daun pandan atau eceng gondok yang didesain sederhana sesuai dengan penampilan sandal kuno di jaman dahulu.
Balai Konservasi Borobudur sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sudah melakukan beberapa kajian khusus dan uji coba terhadap penggunaan Upanat di Candi Borobudur. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur adalah kajian dalam rangka mendapatkan prototipe sandal khusus yang memenuhi kriteria durability (daya tahan), ergonomi (kenyamanan) dan Keselerasan Visual (DEKS). Pengembangan upanat dimana diharapkan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat lokal di seputar Candi Borobudur dengan pelibatan masyarakat. Kajian tersebut termasuk menelaah lebih lanjut berdasarkan referensi dari cerita dalam relief Karmawibhangga Panel 150 di Candi Borobudur. Dalam panel tersebut dimana digambarkan bahwa di jaman dahulu dalam sebuah upacara keagamaan ada persembahan berupa alas kaki kepada pemimpin upacara keagamaan yang diberikan oleh rakyat dan dalam studi lebih lanjut mengenai bentuk dan model alas kaki yang banyak dipakai di abad tersebut. Dalam kajian yang telah dilakukan Balai Konservasi Borobudur, bentuk alas kaki yang terilustrasikan dalam relief tersebut terkonfirmasi sebagai model yang lazim digunakan. Terkait hal tersebut maka model sandal Upanat dikembangkan berdasarkan model dalam relief tersebut.
Salah satu yang mendasari pentingnya penggunaan Upanat untuk pelestarian Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur adalah adanya Kajian World Heritage Capacity Borobudur yang sudah diselenggarakan sebelumnya. Kajian tersebut yang menyebutkan bahwa kapasitas maksimal Borobudur dalam menerima wisatawan adalah 1.259 orang per hari. Dalam setahun diperkirakan bahwa struktur Candi Borobudur hanya mampu menerima kunjungan sejumlah 453.240 wisatawan untuk menjaga struktur batu candi dari kemungkinan risiko keausan batu yang diakibatkan oleh gesekan antara alas kaki wisatawan dengan batu struktur tangga Candi Borobudur. Dengan demikian apabila jika Upanat akan diwajibkan untuk digunakan oleh wisatawan dalam memasuki struktur Candi Borobudur, maka diperlukan kajian yang bisa menunjukkan (1) sebesar apakah kapasitas masyarakat lokal dan pelaku pasar lokal dalam memberikan dukungan pasokan material mentah serta (2) sebesar apa kapasitas volume produksi sandal Upanat per bulannya yang dapat disediakan oleh UMKM lokal khususnya di 20 desa yang ada di Kecamatan Borobudur serta lebih umumnya di desa-desa atau daerah lain di Kawasan Candi Borobudur utamanya desa yang masuk dalam kategori tertinggal, serta (3) strategi yang diperlukan dalam produksi upanat dengan pelibatan masyarakat lokal. Oleh sebab itu, penelitian ilmiah untuk memastikan bahwa Sandal Upanat ini bisa diproduksi secara lokal dan digunakan oleh Balai Konservasi Borobudur dan Pengelola Taman Wisata Candi Borobudur ke depan menjadi sebuah kebutuhan penting yang perlu didapatkan pada saat ini.